Selasa, 17 Desember 2013

Wujud Semu


“Tak  satupun wujud yang bisa menutupi Allah, karena sesungguhnya tidak satu pun yang menyertaiNya. 

Bahwa sesungguhnya anda tertutup dari Allah disebabkan oleh  imajinasi (seakan) ada wujud yang menyertaiNya.”


Adanya imajinasi wujud selain Allah membuat anda lebih sibuk dengan wujud semu itu, berupa dunia seisinya dengan segala masalahnya. 


Secara langsung maupun tidak langsung, anda telah terjebak seakan-akan wujud semu itu yang mengancam dan memberi manfaat bagi kehidupan anda, sehingga anda pun terhijab 
dari Allah Azza Wa Jalla.

(Al Hikam)







Kosong Di Negeri Tipudaya

Suatu hari Rasulullah Saw, bertanya kepada Haritsah r.a.
“Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda,
“Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda,

“Kamu sedang mengenal maka teguhlah. Seorang hamba yang qalbunya dicerahi cahaya oleh Allah….”

Rasulullah saw, pernah bersabda, 
“Bila  cahaya masuk dalam hati, maka hati akan lapang…”

Rasul saw, ditanya, “Wahai Rasulullah apakah ada tanda untuk mengenal itu?”

Beliau menjawab, “Merasa kosong di negeri tipudaya dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan bekal mati sebelum waktunya tiba…”
( Al Hikam )


Cahaya Yaqin

“Seandainya cahaya yaqin memancar, pasti anda melihat akhirat lebih dekat padamu dibanding anda menempuhnya.

Dan sungguh anda memandang keindahan dunia tak lebih dari reruntuhan fana yang tampak padanya.”

“Yaqin adalah nur yang dijadikan Allah dalam hati hamba-Nya, hingga ia melihat perkara akhiratnya. Dan cahaya itu membakar semua hijab antara Dia dan dirinya, sampai akhirat tampak begitu jelas.”

( Al Hikam )



Sabtu, 14 Desember 2013

Pengalaman Pertama di Raudhah....

Mendarat di Bandara King Abdul Aziz (KIA) Jeddah menjelang Subuh sekitar jam 4 pagi. Sujud sukur di lantai Bandara KIA menjadi sujud pertamaku di tanah suci. Kegiatan selanjutnya antri toilet sekalian ambil air wudhu. Kami sholat subuh berjamaah di area ruang tunggu kedatangan. Setelah itu aktifkan HP (saat itu aku pakai nomor perdana Mobily yang sudah dibelikan KBIH sejak sebelum berangkat ke tanah suci). Ngantri ngecharge HP, Koordinasi Regu, Pemeriksaan Pasport, dst, dst...

Singkat cerita kami baru berangkat ke Madinah sekitar jam 14.00 dan sampai di Hotel Manazil Al Harom Madinah sekitar Jam 22.00. Setelah dapat kamar, mandi dan makan malam saya mengajak istri untuk menuju Masjid Nabawi. Kalau nggak salah sekitar jam 24.00 malam.

Sampai dipintu gerbang Masjid Nabawi sekitar Toilet 5 yang berjarak sekitar 200 M dari hotel kami (saya bersama istri dan bu Saeran) bertemu dengan seseorang lelaki berpakaian ala arab yang tanpa kami minta dia menjelaskan pintu masuk khusus wanita melalui pintu 25.

Yang saya tahu dia menyebut "...Nisa.... 25..."
Akhirnya aku mengantar istriku dan Bu Saeran menuju pintu 25. Sedang aku sendiri kemudian masuk pertama kali ke Masjid Nabawi  melalui pintu yang paling dekat dengan makam Nabi. Wow....
Belakangan saya baru tahu kalau ternyata pintu itu sering digunakan untuk keluar jamaah yang selesai melakukan Ziarah ke Makam Nabi.

Setelah Sholat Jama Takhir Maghrib dan Isya di Masjid Nabawi, saya melihat ada sebuah tempat yang ramai dengan jamaah dan saya pun menduga mungkin ini yang orang bilang Raudhah. Subhanallah...

Spontan muncul keinginan kuat untuk bisa ikut merasakan sholat sunah dan berdoa di Raudhah. Saya pun masuk melalui pintu yang dijaga askar, yang belakangan saya baru tahu kalau ternyata pintu itu sering digunakan untuk keluar jamaah yang selesai melakukan sholat dan berdoa di Raudhah. Untung si askar yang berseragam kecoklatan itu tidak melarangku... atau mungkin dia lagi ngelamun kali ya... he he he...

Akhirnya tanpa diduga sebelumnya, saya malam itu, tanggal 24 Oktober 2010 dini hari dapat menikmati syahdunya berdzikir diatas karpet hijau Raudhah. Sebenarnya masih belum puas berdoa dan sholat sunnah di Raudhah tetapi saya khawatir istri dan Bu Saeran sudah menunggu. Saya beranjak untuk meninggalkan Raudhah, tetapi saat mengantri ke arah pintu keluar saya melihat banyak orang bergerombol mengantri untuk sholat di depan Mihrab Nabi. Saya pun akhirnya ikut dalam antrian jamaah tersebut.

Tetapi ada seorang anak yang saya lihat masih sangat muda berpakaian arab yang mengatur antrian itu.
Banyak diantara jamaah yang sedang mengantri diminta segera keluar olehnya. Sambil memejamkan mata saya pun berdoa dan dengan harap-harap cemas saya tetap mengantri.

Dan... akhirnya...

Alhamdulillah Allah masih mengasihani saya dan membiarkan saya bisa menikmati sholat sunnah di depan Mihrab Sang Nabi....  

Alhamdulillah Ya...Rabb...
Suasana di Raudhah Oktober 2010

Ayo Nafar Awal...

Suasana Jamarat ba'da Dzuhur pada hari Tasriq ke dua, Kamis, 18 Nop 2010


"Bapak kayak orang gila...!" komentar mas Fauzan saat melihat fotoku diatas. Gara-gara pakai slayer kok diatas kepala, biasanya slayer kan dipakai di pundak.

Eiittt... sebentar ya Mas Fauzan. Tahu nggak kenapa slayernya dipakai di kepala bukan di pundak...
Penasaran kan...?    Pengen tahu kan...?     Pengen tahu banget... atau pengen tempe saja...?

Mas Fauzan... slayer itu memang sengaja dipakai di kepala. 

Sebelum berangkat ke lokasi Jamarat pada  hari Tasriq ke dua, Kamis, 18 Nop 2010 banyak jamaah haji yang tidak mau repot bawa payung cukup menggunakan slayer atau handuk yang sudah dibasahi air sekedar untuk mengurangi sengatan sinar matahari. Tau sendiri kan panasnya sinar matahari di negara gurun pasir itu...

Selain gampang memakainya juga praktis dan gak perlu repot membawa payung he he he... 






Koper terberat...


Sekitar seminggu menjelang kepulangan ke tanah air, setiap jamaah sudah harus mulai packing koper besar. Aturan dari pihak Garuda menyebutkan bahwa berat koper maksimal adalah 32 kg per Jamaah. Saat itu terus terang karena saya banyak membawa air zam zam, sedikit kurma nabi dan coklat serta oleh-oleh berupa pasmina dan sajadah asli dari tanah suci yang cukup banyak, koper besar saya dan koper istri nggak cukup menampung barang bawaan yang menggunung. Untung saja ada koper Pak Abu yang sudah tidak Bau. Karena saya tahu Pak Abu tidak banyak membeli oleh-oleh. Jadi ya lumayan...lah.
Mungkin sudah demikian Allah mengaturnya ... he he he...

"Pak Abu saya nitip barang-barang saya ya..? Nanti sampai di Magelang saya siap mengambilkan koper Pak Abu di Depag dan langsung saya antarkan ke rumah Pak Abu...!"
"Yo wis kono...! Maturnuwun...!" jawab Pak Abu diiringi senyum khasnya..

Saat packing telah tiba.
Saya gunakan seluruh kemampuan saya untuk mengatur barang bawaan dengan cermat. Koper besar saya penuh dengan berbagai bagai barang bawaan, sampai sampai tidak ada tempat lowong lagi yang tersisa. Yang paling banyak sih... Sajadah dan Air Zam Zam. Setelah selesai packing, saya coba mengangkatnya... wuuiiihhh Mantaabbb... bangettss.
Koper istri juga penuh dengan barang bawaan, dan cukup berat juga.
Tapi saya nggak tahu berapa berat kedua koper tersebut.
Alhamdulillah beberapa barang bawaan yang sudah tidak muat lagi di koper saya dan istri saya titipkan di koper Pak Abu yang menurut saya cukup lengang... he he he.. beberapa pakaian dan kain ihram saya.

Siiippp semua dah berreesss. Tinggal diangkut...
Selepas packing kebetulan saya dan istri berencana untuk pergi ke Masjidil Haram, jadi kami tidak bisa mendampingi koper koper tersebut saat ditimbang oleh petugas di Hotel.

Maka pergilah kami dengan bersemangat ke Masjidil Haram untuk memanfaatkan detik detik terakhir selama kami di Makkah. Mumpung masih  bisa ke Masjidil Haram, kapan lagi bisa menikmati sholat didepan kabah. Setuju.. kan...???

Kalau nggak salah keesokan harinya, Pak Andi, salah satu tetangga kamar, di lantai 9 Hotel Maabdah mendekati saya sambil berkata. "Tau nggak kemarin waktu ditimbang, koper siapa yang paling berat...?"

"Koper siapa memangnya...?" kataku polos. "Ya kopermu itu mas..!" kata Pak Andi sambil merenges penuh makna. "Beratnya berapa coba..?" katanya lagi.
Tanpa menunggu jawabanku Pak Andi mengatakan : "Beratnya 42 Kg..!"

"Haahhhh...!" jawabku sedikit takjub campur geli setengah mati. Kok bisa ya... Wellleehh..Wellleehhhh.. Pantesan antebbb waktu ku angkat.. he he...

Dan masih info dari Pak Andi berat koper istriku juga mencapai 37 Kg.
Kemarin sebenarnya saya dicari petugasnya tetapi berhubung akunya tidak ada ya sudah dibiarin.
Alhamdulillah... amannn pikirku. Beruntung kemarin saya tidak nungguin koper.. tapi ngejar setoran shalat di Masjidil Haram. Jadi tidak repot repot ditanyain ini itu.

Untungnya Pak Andi juga nggak tahu kalo ada sebagian barang-barangku yang kutitipkan di kopernya Pak Abu. Kalo Pak Andi sampai tahu, pastinya akan tambah terkaget kaget beliau. He he he...

Jadi..., Siapa lagi yang mau berguru pada "Master Of Packing Koper" hi hi hi....

Ada ada saja...!!!


Nikmatnya Antrian Di Tanah Suci...

Dimana mana yang namanya ngantri itu tidak nyaman. Satu menit terasa luaaammmaaaaa banget.
Padahal ibadah haji itu adalah ibadah yang sangat dekat dengan kegiatan mengantri. Ngantri itu biasa alias Biasanya sih Ngantri.
Mulai dari daftar haji saja harus ngantri. Dan ngantrinya nggak tanggung tanggung bisa belasan tahun.
Di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan ngantri bisa sampai 30 tahun. Bahkan di Malaysia untuk berangkat haji daftar tahun 2013, harus ngantri 51 tahun kedepan baru berangkat. 

Dan ibadah haji itu sejak mau naik pesawat sudah mulai ngantri, pemeriksaan paspor, foto dan sidik jari di bandara Jeddah ngantri, naik bus ke Madinah ngantri, mau masuk lift hotel ngantri, mau naik jemputan gratis ke Masjidil Haram ngantri, mau masuk Raudhah ngantri, mau masuk Hijr Ismail ngantri, apalagi mau mencium Hajar Aswad. 
Apalagi selama kegiatan ibadah haji di Mina, Wuquf di Arafah, lempar Jamarat hampir semuanya serba ngantri. 
Bisa dibayangkan....betapa lelahnya ngantri selama ibadah haji...

Trusss... gimana dong..???
Nah ini dia sedikit nasehat kecil untuk mengatasi kebosanan mengantri...
Hypnoterapi...
Munculkan perasaan syukur yang luar biasa karena atas ijin Allah jualah kita bisa sampai ditempat yang mulia ini. Syukur yang luar biasa juga selayaknya kita tunjukkan karena kita adalah hamba hamba yang telah Allah pilih dari milyaran muslim di dunia ini untuk menjadi tamunya.
Kita juga hamba hamba yang telah Allah pilih dari jutaan manusia yang sekarang ini sudah masuk daftar antrian haji dan  mereka masih harus menunggu berpuluh-puluh tahun lagi untuk bisa berdiri ditempat anda mengantri sekarang ini.

Dan yang terpenting rasakan penatnya tubuh yang sedang lelah mengantri ini sebagai kenikmatan terbesar dari Allah pada saat ini. Anugerah terindah yang tidak akan pernah anda nikmati lagi.

Jadi selamat menikmati MENGANTRI....

Dan ubah kalimat gerutu "Wuah...Kuessselle Rek Le Ngantri..!!!"      menjadi

"Alhamdulillah rek... soyo suwe le ngantri, soyo akeh dzikire...!!!:


Antrian Pemeriksaan Kesehatan di Asrama Haji Donohudan
Antrian Untuk Turun dari Pesawat Garuda di Jeddah
Antrian Membeli Kartu Perdana di Bandara Jeddah

Antrian Pemeriksaan Paspor, Sidik Jari dan Foto di Bandara KIA Jeddah

Antrian Naik Lift di Hotel Manazil Madinah

Antrian di Pintu Masuk Babus Salam Masjid Nabawi Madinah
Antrian Untuk Keluar Dari Masjid Nabawi Selepas Sholat Arbain

Antrian Toilet saat Wuquf di Arofah, 9 Dzulhijjah 1431 H












Serba Serbi Toilet Selama Ibadah Haji...


Ada bebapa foto terkait Toilet yang saya ambil selama perjalanan hajiku tahun 2010 lalu. Mungkin tidak serupa dengan pengalaman bro.. bro... semua. Tapi paling tidak inilah gambaran toilet yang saya abadikan selama perjalanan haji saya mulai tanggal 21 Oktober 2010 sampai dengan 3 Desember 2010.

Silahkan bro... semua menilainya sendiri sendiri.. he he he...


Kalo ini Toilet di dalam Kamar Asrama Haji Donohudan, Boyolali



Eskalator menuju Toilet Bawah Tanah di Masjid Nabawi Madinah

Antrian di Toilet Bawah Tanah Masjid Nabawi, Madinah



Toilet di dalam kamar Hotel Manazil Al Harom Madinah


Toilet di dalam Hotel Maabdah, Makkah. Ada mesin cucinya lho... 



Kalo jam 2 malam cukup sepi, saat pas untuk mandi...

Toilet dan Tempat Wudhu di Maktab 30 Mina

Antrian Toilet Saat Wuquf, 9 Dzulhijjah 1431 H
Silakan kalo mau mandi juga boleh... he he he...



Jumat, 13 Desember 2013

Haji Bajuri Kehilangan Kunci...

Hati hati itu baik. Tapi kalo sudah ditambahin dengan kata "TERLALU" segala sesuatu menjadi kurang baik. Cerita unik ini mungkin bisa menjadi salah satu contoh bahwa terlalu hati hati bisa menjadi malapetaka.

Menjelang keberangkatan kami ke Jeddah, kami diasramakam di Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Kebetulan saya satu kamar dengan Pak Boiman, Pak Rizal, Pak Djaelani, Pak Saeran, Pak Maksum, Pak Abu Darda, Pak Murhani dan Pak Bajuri.

Mungkin sedang sial atau bisa jadi ujian kesabaran pertama untuk Pak Bajuri.
Karena terlalu berhati hati, Pak Bajuri sengaja memberi kunci pengaman untuk tas tentengnya. Biar aman pikirnya dan gak ada yang bisa mengambil harta karun yang tersimpan didalam tas hijau-nya.

Awalnya saya nggak terlalu memperhatikan aktivitas Pak Bajuri ini, sedari tadi Pak Bajuri memegang megang tas tenteng hijau-nya, sambil tangannya merogoh-rogoh kedalam tas itu mencari sesuatu.
Karena dari tadi yang dirogoh itu nggak ketemu ketemu,

Pak Maksum menanyakan ke Pak Bajuri "Kinging nopo to Pak.." (Ada apa to Pak?)

"Tas kulo niki pun kulo gembok... ning...kulo lali, kuncine ketinggalan teng lebet tas"
(Tas ini sudah saya gembok..tapi saya lupa, ternyata kunci gemboknya tertinggal di dalam tas..)

"Lha  niki sek ngrogoh kunci..."

Saya mulai 'ngeh' sedikit geli... Oooaalllaaahhhh... Pak Bajuri... kok nggak bilang dari tadi...

Akhirnya saya berusaha membantu Beliau mencari kunci gembok didalam tas yang terkunci. Untungnya masih ada sedikit resleting yg terbuka walau sempit tetapi tanganku bisa dipaksa masuk.
Sambil senyum-senyum saya merogoh dan mengeluarkan  beberapa barang kecil yang bisa dikeluarkan dari resleting yg sedikit terbuka. Setelah beberapa barang kecil bisa dikeluarkan akhirnya "teng..tong" saya memegang sebuah benda kecil yang sepertinya kunci.

Alhamdulillah... benar... kunci gemboknya ketemu. Walaupun untuk mengeluarkannya tetap membutuhkan perjuangan... Tapi akhirnya tas tentang Pak Bajuri bisa kembali dibuka... he he he...

"Maturnuwun nggih Mas Arif..." Kata Pak Bajuri yang sudah kelihatan sangat leugggaaaaa...

"Akibat terlalu hati hati...." 

Kamis, 12 Desember 2013

Nasib Tragis Koper Pak Abu...

Pak Abu Darda, itu namanya. Orangnya santai, sedikit cuek kadang sangat cuek. Haji "WAHYU". Sawahe Payu. Berangkat haji setelah menjual sawah. Beliau adalah salah satu anggota regu kami, Regu 4, Rombongan 7, Kloter 34 Solo.

Sesampainya di Hotel Madinah, Ketua Rombongan (Pak Pur) dan semua Ketua Regu berembug untuk pembagian kamar. Singkat cerita Bu Rizal, Bu Saeran, Bu Titik dan Bu Rita Ismawati (Istri Tercinta) satu kamar berdampingan dengan kamarku bersama Pak Rizal, Pak Saeran dan Pak Djaelani. Kebetulan kamarku bersebelahan juga dengan kamar Pak Abu Darda dan Pak Pur.

Setelah kamar terbagi kami mulai mengangkat koper ke dalam kamar masing-masing.
Nah dari sinilah kisah Koper Pak Abu dimulai.
Awalnya Pak Pur dari dalam kamarnya teriak : "Wah mambu opo yo...iki??? kok koyo mambu tikus mati..."
Saya pun masuk ke kamar tersebut. Dan memang tercium bau yang sangat menusuk, seperti bau bangkai
tikus. Kami pun berusaha mencari sumber bau tersebut di dalam kamar Pak Pur. Tapi tak berhasil kami temukan. "Mungkin ono tikus mati nang plafon... iki!" kata Pak Pur.

Awalnya saya ragu apa iya ada tikus mati di atas plafon hotel sebagus ini. Mendadak saya teringat. Rasanya bau seperti ini pernah tercium ketika saya sedang berada dekat dengan tumpukan koper hijau di Bandara Jeddah.
"Pak Pur mungkin ini bau dari salah satu koper kali..." Sebab pas di Jeddah saya juga pernah mencium bau seperti ini..."

Dan.......

Benar saja ternyata bau itu tercium dari salah satu koper penghuni kamar tersebut.
Dan "Koper Bau" itu milik Pak Abu Darda... Wellleh...welleeeh.

Ternyata anaknya Pak Abu memasukkan telur asin ke dalam koper tanpa pelindung. Dan sejak peristiwa itu aku baru tahu ternyata bau telor asin yang sudah seminggu lebih pecah itu sungguh-sungguh amat sangat bau.

Akhirnya koper bau Pak Abu itu diletakkan diluar kamar, tepatnya di lobi dekat lift. Walaupun koper sudah ada diluar kamar, tetapi jangan salah ternyata Kamar Pak Pur dan Pak Abu masih sangat bau. Itu karena sebagian baju-baju Pak Abu sudah terkena limbah "Telor Asin" yang membusuk. wuellleeeh.. wellleehhh..

Setiap jamaah yang hendak naik turun lift tentu melewati koper itu, dan rata-rata mereka menutup hidung atau menahan nafas mencium bau menusuk "parfum telor asin" dari Koper itu... he he he...

Herannya pemilik koper itu, Pak Abu, tenang-tenang saja. Seperti tidak kenal dengan koper bau yang teronggok disudut tembok. Padahal di koper itu tertulis besar besar "ABU DARDA bin...."  

Sallluuuttt... Sallluuuttt... Saking fokusnya Mabuk Dzikrullah... sampai sampai tidak mencium bau dahsyat  "parfum telor asin" dari Koper itu... he he...

Baru sekitar dua hari muncul komplain dari penghuni kamar didekat lift itu.
"Itu koper bau siapa itu kok diletakkan disini.. yang punya siapa sih? Kok ya ketua regunya nggak mengingatkan..."
Akhirnya saya sebagai ketua regu bersama salah satu jamaah memindahkan koper itu ditangga darurat yang jarang dilalui para jamaah. Tentunya setelah minta izin Pak Abu. "Yo kono.." jawab Pak Abu kalem.

Sungguh tragis nasib Koper Pak Abu... Koper-koper lain tidur nyaman di kamar ber AC sambil ngobrol ngalor ngidul bersama sesama koper lainnya. Sedang "doi" harus kesepian dan kepanasan. ...ups...

Kira kira hari ke tujuh kami di Madinah, bau dari koper itu belum juga hilang. Padahal koper itu besok di Makkah besar kemungkinan bakal ngendon satu kamar dengan kami. Kan saya dan Pak Abu satu reegguu.

Wah kalo tidak dicuci bakal berabe ini, masak iya sih.. di Makkah besok harus menikmati "parfum telor asin" Akhirnya aku menawarkan bantuan, tepatnya, mengajak Pak Abu untuk mencuci tas bau itu, karena kayaknya Pak Abu merasa tidak terlalu terganggu dengan bau itu. he he he...

Dan akhirnya nasib tragis Koper Pak Abu berakhir dengan "happy ending".
Lho Kenapaaa...? Ya karena koper Pak Abu mungkin satu-satunya koper yang menikmati mewahnya bath up Hotel Manazil di Madinah. he he he...

Sekarang Koper Pak ABU sudah tidak lagi BAU... tapi gantian Pak Abu yang sekarang BAU...
Maksudnya bau Pak Abu...  he he he..


Yang mana hayo... Koper Bau-nya Pak Abu...???

Selasa, 10 Desember 2013

Masjid Masjid Bersejarah Yang Tak Terlupakan...


Dalam rangkaian perjalanan haji kami bersama istri tahun 2010 ada banyak masjid yang menjadi saksi betapa bersyukurnya kami menjadi bagian dari tamu tamu Allah di dua tanah suci. 

Mulai dari acara Walimatussyafar di Masjid An Nur Lembah Hijau, sampai dengan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. 

Inilah sebagian diantaranya....


Sholat Jama Dzuhur Ashar dan Sunat Safar
Masjid An Nur Perumahan Lembah Hijau


Sholat Jama Qoshor Dzuhur dan Ashar di
Masjid Bandara Jeddah, Sabtu 23 Oktober 2010




Sholat Arbain (40 Waktu) di Masjid Nabawi, Madinah



Suasana di dalam Masjid Nabawi, Madinah

Sholat Sunat 2 Rakaat di Masjid Bir Ali
Miqot untuk Jamaah Haji dari Madinah, Senin 1 Nop 2010

Sholat Jama Maghrib dan Isya di Masjid Ijabah Maabdah, 1 Nop 2010

Umroh Wajib Sholat Sunat 2 Rakaat Setelah Thawaf Qudum, 1 Nop 2010
Tengah Malam di dalam Masjidil Haram, Makkah


Masjid Malik Bin Abdul Aziz di Maabdah, Makkah

 Pemberhentian Bis di Masjid Jin, Makkah 



Masjid Kucing yang sekarang sudah dibongkar...


Sholat Sunat 2 Rokaat di Masjid Quba, Madinah


Masjid Tan'im Miqot Terdekat di Makkah

\Sholat Subuh sebelum menyaksikan pemotongan Hadyu

Masjid Qishos, Jeddah


Menjelang Maghrib di Pantai Laut Merah Jeddah



Nikmatnya Kuliner di Dua Tanah Suci...


Sejak sebelum berangkat kami Regu 4, Rombongan 7, Kloter 34 Solo sudah berbagi tugas membawa menu masakan Indonesia. Rapat kecil kebetulan dilaksanakan saat pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Wonosobo. Seingatku Pak Rizal pemilik Rumah Makan Padang Minang Sari yang bawa rendang 5 Kg, Aku membawa sambel terasi, yang lain ada  yang bawa gereh, mie instant, sambel kacang, kering tempe, kering teri, dll.
Pengalaman kami selama di tanah suci hampir tidak ada masalah dengan menu makanan. Bahkan dengan living cost sebesar 1.500 real per orang kami berdua bisa menikmati berbagai kuliner... di tanah suci, bahkan masih tersisa sekitar 1.000 real. Itupun setelah dikurangi untuk Dam (Hadyu) 350 real per orang.
Selama 8 hari di Madinah makan siang dan malam ada Catering dan tidak perlu ngantri karena diantar sampai kamar hotel.
Selama 26 hari di Makkah kami masak nasi sendiri untuk lauk dan sayur kadang makan bekal dari Indonesia kadang beli dari Jamilah orang Sunda yang jualan di Lt. 1 Hotel Maabdah ada sayur lodeh, ikan asin, tahu tempe, bakso, ayam goreng, dll. Laris manis...
Selama 5 hari di Mina dan 1 hari di Arafah ada Catering dari Maktab tapi harus sabar ngantri karena prasmanan alias ngambil sendiri.

Katanya sekarang (Haji 2013) sudah pakai lunch box jadi selama Mina dan Arafah tidak ngantri lagi.

Tetapi selain menu yang kami bawa dari Indonesia, selama perjalanan haji juga ada menu khas yang nikmat antara lain ini nih...

Salah satu menu selama di Asrama Haji Donohudan 


Menu di atas pesawat Garuda saking banyaknya sampai dibawa ke Madinah

Catering Makan Siang & Malam Selama 8 Hari di Hotel Madinah
Tidak perlu ngantri karena menu diantar ketua regu sampai kamar

Untuk sarapan pagi di Madinah kami beli nasi atau kentang plus menu yg
kami bawa dari Indonesia (rendang plus GEREH he he...)

Variasi menu sarapan yg dibeli sepulang sholat subuh di Madinah
Pulang dari Sholat Arbain di Masjid Nabawi beli buah buahan... biar tetep fit.
Tea Time utk menghangatkan suasana di Hotel Manazil Al Haram Madinah

Bakso si Doel Hotel Rasheed Madinah. Tapi Ngantrinya Panjang...

Antrian makan siang saat Wuquf di Arafah... 9 Dzulhijjah 1431 H
Belanja Buah Setelah Sholat Subuh di Masjidil Haram
Jamilah dan Para Langganan Setianya...
Ayam Goreng tapi gak ada nasinya lho...


Ayam goreng ala KFC di Makkah... (KFC Hajj = 17 Real)

Gulai Kambing menu special saat Mabit di Masjidil Haram

Ayam Panggang Watania, Rasanya Mantab Bro...

Makan berjamaah Regu 4 SOC 34 di Kamar 905 Hotel Maabdah, Makkah
Ngantri Lothek Madura di sekitar Masjid Terapung Jeddah... tombo kangen

Menu Syukuran Selesai Rukun Haji di Hotel Maabdah. Nasinya unik...



Bakso Panas 5 Real, Masjid Qishosh Jeddah
Dengan Latar Belakang Laut Merah...

Itulah sekilas berbagai macam kuliner selama perjalanan Haji 2010 yang menambah kenangan tersendiri. Hemmm... kapan ya... kesana lagi... hik hik hik...