Kamis, 28 November 2013

Ngantuik..Ngantuik di Bangunin...

Ada kejadian unik saat aku dan Khadijahku mabit di Masjidil Haram yang kalo aku mengingatnya aku jadi senyum senyum sendiri...

Suatu hari kalo nggak salah Jumat tanggal 26 Nopember 2010 saya dan Khadijahku merencanakan untuk Mabit alias bermalam di Masjidil Haram sambil menunggu jadwal pulang kembali ke tanah air tercinta.

Kebetulan semua rukun dan wajib haji telah selesai kami lakukan, hanya kurang Tawaf Wada saja. Yang biasanya dilakukan menjelang jadwal keberangkatan ke Jeddah untuk kemudian kembali ke Indonesia.

Sejak sore sekitar 1 jam sebelum shalat maghrib kami keluar dari Hotel. 
Nama hotelnya sampai hari ini saya lupa nanya ke Jamilah yang jualan makanan menu Indonesia di Lantai 1 Hotel tersebut. Yang jelas hotel kami sangat dekat dengan Masjid Ijabah di sektor Maabdah. 


Hotel di Makkah dan Masjid Ijabah Maabdah


Hotel kami tepat dipinggir jalan raya sehingga turun dari lobi hotel sekitar 10 meter adalah tempat pemberhentian bis gratis yang mengangkut jamaah haji Indonesia menuju pemberhentian bis di dekat Masjid Jin.

Selanjutnya kami masih harus berjalan kaki kurang lebih 15 s.d. 20 menit untuk sampai ke pintu  Marwah, Masjidil Haram. Walau terkadang sopir juga mau mengantar sampai cukup dekat dengan Majidil Haram dengan tambahan Infaq 1 Real. "Halal..Halal.."

Kami sudah membawa bekal makanan, buah, bantal tiup dan sajadah. Kalau minum gampang soalnya disana melimpah minuman super barokah "Air Zam Zam"

Setelah Sholat Maghrib kami menunggu Sholat Isya sembari dzikir dan tilawah. 
Selepas sholat Isya kami mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil makan dan ngobrol ringan. Sekedar menimbun energi untuk Thowaf Sunah dan Qiyamul Lail.

Waktu itu kami mencari tempat tidur di basement. Kami juga memilih dibagian lantai yg hangat karena ada juga lantai basement yg sangat dingin. 
Kebetulan disekitar kami banyak juga kelompok-kelompok kecil yg memilih tempat nyantai di basement.

Tapi kira kira menjelang tengah malam disaat sedang ngantuk ngantuknya, samar samar aku mendengar ada suara kecipak air dan deru "Haram Captor" mobil pengepel lantai.

Dengan sigap saya terbangun dan...?
Wuaddduhhh... petugas berseragam hijau yg bagian ngepel lantai sudah dekat... 

"Awas say... bangun..!!! tempat ini mau di pel...!!!"

Khadijahku gak sempet kucek-kucek mata lagi... langsung berdiri dan langsung ubyekk.. memindahkan peralatan tidur sambil terbirit birit menghindar dari siraman air  "petugas hijau" yang sedang bermain air.

Andai waktu itu di shooting... mungkin lucu juga kali ya... melihat dua sejoli yang lagi asyiikkk ngantuk.. terbirit birit menghindar dari siraman air... 

Batinku... "Oalah... Mas..  Mas..  Rajin Amat...!!!  
Melantai kok ya tengah malem... seh.."
he he he...

Khadijahku..., Maaf ya Ngantuik..Ngantuik di Bangunin...

Duuueeeeerrr ..... What's That..???

Suatu malam aku dan Khadijahku mabit di Masjidil Haram...
Setelah fresh istirahat sejenak dengan melelapkan mata dan pikiran..
aku kemudian berniat sholat tahajjud, untuk itu aku pergi mengambil air wudhu yang jaraknya cukup jauh dengan base camp kami.
Toilet terlihat cukup sepi, lha wong sekitar jam 12 malam... jadi hampir tidak mengantri... Alhamdulillah lancar... batinku.

Setelah selesai cuci muka dan wudhu aku mulai berjalan keluar dari toilet di dekat Pintu 45, Babul Fath.

Saat itu aku berdiri di tangga keluar untuk kembali menuju ke base camp... tapi sebelum lebih jauh aku berhenti sejenak. Aku merasakan ada yang belum "beres" dan benar saja, tiba-tiba :

"Duuueeeerrrrr .....!!!!!"

What's That..??? Seorang bule dibelakangku sangat terkejut mendengar suara itu...

Dan akupun "kaget" bukan kepalang...
Saking kagetnya aku ngibrit...sampai nggak sempat nengok lagi ke belakang...

Huaaddduuhhh... Ada Ada Saja...

Rabu, 27 November 2013

Apa Bapak Sanggup...???

Beberapa waktu yang lalu, aku terlibat obrolan ringan dengan "si jagoanku" Fauzan... bersama Khadijahku
Aku menyampaikan tentang keinginanku untuk dapat sholat di shaf terdepan di depan kabah bersamanya...

Sebelumnya dengan bersemangat aku menceritakan pengalamanku kepadanya tentang tips dan trik untuk dapat sholat di shaf pertama di Masjid Nabawi Madinah,

"Mas Fauzan kalo kita mau sholat di shaf pertama di Masjid Nabawi di Madinah kita harus datang lebih awal..."
"Waktu itu hari Jumat, 29 Oktober 2010, kebetulan Bapak niat awalnya  sebagai ketua regu Bapak hanya pengen nganterin Pak Saeran, Pak Jaelani serta Pak Rizal untuk berdoa di Raudhah."

(Fauzan masih kalem... sedikit agak cuek. Khadijahku menyimak..tanpa bersuara)

"Bapak berangkat dari hotel jam 7.30 menuju masjid.. Sampai disana ternyata antrian menuju Raudhah sudah cukup panjang... dan mulailah Bapak masuk barisan mengantri diikuti Pak  Saeran, Pak Jaelani dan Pak Rizal... bla .. bla.. bla.. "
"Bapak sedikit was-was dengan kondisi kaki Pak Saeran yg masih sakit... takut terinjak orang...."

(Fauzan masih tetap kalem...)

"bla.. bla.. bla.. akhirnya setelah berjuang mengantri... Bapak diikuti Pak  Saeran, Pak Jaelani dan Pak Rizal  berhasil mencapai karpet hijau. Bapak bilang ke Pak Saeran : "Sampun mlebet Raudhah.."
" singkat cerita setelah sholat dua rokaat dan berdoa di Raudhah rombongan pun melanjutkan untuk ziarah ke makam Nabi..."
"...Setelah ziarah, awalnya Bapak mau keluar untuk pulang ke hotel lagi, tapi pak Rizal ternyata terpisah dan kemudian Bapak clingak clinguk mencari Pak Rizal tapi tetap tidak ketemu..."

"Mengingat hari itu hari Jumat, timbul keinginan spontan untuk tidak usah ke hotel tapi menunggu sholat jumat saja... Dan ternyata Pak Saeran dan Pak Jaelani tidak keberatan.
Lalu mulailah Bapak duduk diantara sesaknya jamaah sholat jumat, padahal baru sekitar jam sembilan pagi" 
"Alhamdulillah setelah setahap demi setahap akhirnya Bapak bisa maju sampai di Shaf Pertama... " 
"Kalo dapat shaf pertama kata Nabi dapat pahala unta kan Mas Ozan." 
"Apalagi shalat di Masjid Nabawi keutamaan kan sebanding dengan 1000 kali shalat di masjid lain, berarti kita dapat 1000 unta sekali shalat.." Guyonan ku pada Fauzan sambil menunggu respon balik. 

(Fauzan tetap kalem...barangkali dah mulai bosan dia)

Masih dengan semangat 45, Aku menyampaikan keinginanku untuk dapat sholat di shaf terdepan di depan kabah bersamanya... 
"Jadi kita harus datang sangat awal kemudian ikut thowaf dulu, terutama 30 menit menjelang waktu shalat"
"Biasanya mendekati waktu shalat tiba "askar", polisi masjid kabah, akan menghentikan thawaf, kalo pas rejeki kita mungkin kita berhenti pas di shaf pertama kan... Alhamdulillah..." Intinya kita harus sabar, kuat duduk panas panasan sambil dzikir... bla bla bla... dll dll dll.

Dan  Fauzan pun akhirnya nyeletuk ringan ...

"Kalo aku sih nggak pa pa... Tapi aku mikirin Bapak itu lho.  Apa Bapak Sanggup...???"

Aku kaget dengan jawaban singkatnya...
O.. iya ya... kebetulan kami sekeluarga daftar haji bulan April 2013 dan baru akan berangkat sekitar 2025-an.  ...Dan aku jelas sudah tua... he he he... Apa  Bapak Sanggup...???"

Khadijahku terlihat menahan tawa walaupun akhirnya tertawa terkikik kikik juga. 
"Qqqqq... qQQQQ...ki ki ki kiiikkk..."

 "Ufffffhhhhh"  Skak Matt....

Oooaalllaaahhhh....     Fauzan... Fauzan...

Senandung Ustadz Yusuf Mansur ...

Masih sangat lekat di benakku senandung sang Ustadz...
Waktu itu, sekitar tahun 2006 beliau hadir di Magelang atas undangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) DKD Magelang. LAZ paling kerreeennn di kota ku...
Saat itu aku datang bersama Yang Uti, Fauzan & Haviz, Farah dan tak ketinggalan yang selalu menempel ketat diriku.... siapa lagi kalo bukan "Khadijahku" he he he...

Seperti biasa dakwah beliau membius warga Magelang untuk lebih mencintai sedekah...
Dan diujung acara pengajian Ustadz Yusuf Mansur menggelar "sorban sedekah"....

WOW... kami semua, peserta tabligh akbar saat itu berebut... bahkan berdesak-desakan untuk memberikan uang kertas dengan berbagai macam gambar dengan warna warni berbeda beda ada yang merah.., biru.., hijau.. kalau yang orange kayaknya gak ada deh...
bahkan ada yang "kerasukan" sampai ada emas, jam tangan, handphone... he he he...

Tapi yang paling berkesan pada tabligh akbar saat itu, yang sampai sekarang masih terbenam sangat dalam di dasar hatiku adalah :

"Senandung Sang Ustadz, Senandung Talbiyah Ustadz Yusuf Mansur..."

Senandung yang kemudian sering kulantunkan saat aku duduk diatas Honda GL PRO hijauku dalam perjalanan dari Magelang menuju kantorku di Jalan RingRoad Utara Jogjakarta. Tak jarang aku sampai meneteskan air mata saat melantunkannya....

"Labbaikallahumma Labbaik... Labbaikalasyarikalaka Labbaik..."
"Innalhamda.. Wani'mata.. Lakawalmulk syarikalak.." 
"Innalhamda.. Wani'mata.. Lakawalmulk syarikalak.."

Aku memenuhi panggilanMu ya Allah aku memenuhi panggilanMu. 
Aku memenuhi panggilanMu tiada sekutu bagiMu aku memenuhi panggilanMu. 
Sesungguhnya Segala Puji, dan Segala Kenikmatan dan Semua Kerajaan Adalah Milik MU
...Tiada sekutu bagiMu...

Saat itu aku menangis, merajuk, mengadu kepada Allah 
Wahai Allah... kapan.. kapan.. kapan Ya Allah...
Kapan.. Aku ENGKAU undang untuk menjadi tamu MU...
Ya Allah Aku juga sangaaat.. ingin bersenandung Talbiyah di "sana" di kedua Tanah Suci MU
Apakah akan ENGKAU biarkan aku hanya melantunkan senandung ini di "sini"  saja Ya Allah...
hanya sebatas diatas aspal Magelang Jogja ini saja ya Allah... ya Rabb...

(Three Years Later...)

Senin itu tanggal 15 Nop 2010 bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1431 H, selepas khutbah Arofah dan sholat Jama Qosor Dzuhur - Ashar, aku kembali melantunkan senandung talbiyah sang ustadz...


"Labbaikallahumma Labbaik... Labbaikalasyarikalaka Labbaik..."
"Innalhamda.. Wani'mata.. Lakawalmulk syarikalak.." 
"Innalhamda.. Wani'mata.. Lakawalmulk syarikalak.."

Saat itu seluruh persendianku terasa lemas... lemas... tubuhku terasa ringan... sangat ringan.. air mataku tumpah seruah ruahnya... aku tidak mampu lagi menahan gelombang emosiku ... rasa bahagia.. campur haru.. sedih.. menjadi satu. berkali-kali tubuhku tersungkur sujud di atas tanah padang Arafah... 

Allah... Ampuni aku.. Allah... Ampuni aku.. Allah.. Ampuni aku...


Wuquf di Jabal Rahmah, Arafah





Cerita Dibalik Layar : Perjalanan Hajiku 2010

Sungguh sesuatu yang tidak disangka, suatu hari di awal tahun 2008, Aku bersama "Khadijahku" mengantarkan ortu ke Bank Mandiri Cabang Magelang untuk mendaftarkan Haji buat beliau berdua. Yang Kung dan Yang Uti, begitu kami memanggilnya...

Kebetulan beliau berdua sudah begitu lama menginginkan menunaikan rukun islam yg ke lima itu. Tapi akhirnya baru di Tahun 2009 akhirnya beliau berdua dikehendaki Allah untuk menjadi tamu-NYA di dua tanah suci, Makkah dan Madinah.

Sepulang dari Bank Mandiri tiba tiba muncul keinginan yang sangat sangat "amat" kuat. "Kenapa kita nggak segera buru-buru daftar ya Jeng...!" sambil melihat dan menunggu reaksi "Khadijahku". 
Wow... ternyata binar matanya menunjukkan bahwa dia sangat setuju sekali banget...

Akhirnya di bulan Juli 2008, kami berdua mendaftar ke Bank Muammalat itu lho yang kantornya disamping kantor pos Magelang.

Dan Alhamdulillah... di tahun 2010, tepatnya 21 Oktober 2010, kami Allah kehendaki, untuk mulai menapaki jalan menuju dua tanah suci menyusul Yang Kung dan Yang Uti yang telah lebih dulu menikmatinya.


"Labbaikallahumma Labaik... Labbaikala syarikalaka Labaik..."

Aku memenuhi panggilanMu ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu tiada sekutu bagiMu aku memenuhi panggilanMu. 


Ternyata Allah mudahkan kami berdua ke tanah suci karena "Birrul Walidain..."

Terimakasih ya... Yang Kung dan Yang Uti...
H. Abdul Rakim dan Hj. Warti bersama Fauzan dan Farah

Kamis, 21 November 2013

Selamat Jalan Sahabat "Putri Kecil" ku....



Suatu hari aku menghadiri acara pertemuan Wali Santri Kelas IX di SMP IT Ihsanul Fikri Pabelan Magelang. Dan tanpa sengaja saya duduk disebelah seorang Bapak yang belum aku kenal...

Kami kemudian ngobrol "bla bla bla bla" dan singkat cerita si Bapak itu ternyata adalah ayah dari santri putri yang bernama Dista.

Si Bapak itu cerita kalau anaknya yang bernama Dista itu sering menceritakan  Farah  si"Putri Kecilku"
Saat itu aku belum tahu seberapa dekat hubungan Dista dengan "Putri Kecilku"

Beberapa bulan kemudian saya sempat melihat lagi si Bapak itu pada saat acara Wisuda SMP IT Ihsanul Fikri, acara wisuda putri-putri kami "Farah dan Dista", sayangnya saya tidak sempat bertegur sapa.

Sekitar satu bulan setelah wisuda saya dikagetkan dengan sebuah berita kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan meninggalnya pengendara motor tersebut. Dan ternyata dia adalah Dista. 
Ya.... Dista!!!.  Dista yang masih sangat muda sekarang telah tiada.
Ingatan saya langsung tertuju pada si Bapak itu.
Ufh...!

Kemarin, sekitar enam bulan setelah meninggalnya Dista aku iseng membaca Blog "Putri Kecilku" dan ternyata "Putri Kecilku" menulis sesuatu tentang teman-nya yang bernama Dista. 


Dari tulisan itu aku jadi tahu ternyata Dista bagi "Putri Kecilku" bukan sekedar teman biasa tapi lebih dari itu Dista adalah teman sejati "Putri Kecilku"

Dista adalah sahabat "Putri Kecilku" yang kini telah ada dalam rengkuhan kasih sayang NYA.

Ya Allah... jadikanlah persabatan mereka yang tulus karenaMU menjadi wasilah mereka berkumpul di Surga MU. Amin. Amin. Amin. 


Mohon ijin ya Mbak Farah.... Bapak Copy Paste Suratmu Untuk Dista di Blog Bapak :


Dear Dista
Sudah lama ya sejak kita sering ngobrol ngobrol bareng, marahan nggak jelas, nggrundelin orang bersama sama, ribut mempermasalahkan lagu korea sama lagu barat yang mana yang lebih bagus, atau ngrungkel bersama, atau ketawa kayak orang gila.. udah kerasanya lama banget semenjak nggak ada kamu.

Dear Dista
Aku bersyukur pernah ketemu sama makhluk macam kamu. Kamu yang nggak mau ngalah tapi pengertian, kamu yang sok kepo tapi baik bingit, kamu yang bawel tapi perhatian. Kamu yang peduli sama aku. Aku bersyukur kita diberi anugrah dan kesempatan buat hidup bersama. Menghirup udara sambil ketawa. Menatap langit sambil berharap. Merasakan angin sambil menguntai makna.

Dear Dista
Kamu masih ingat kamu kasih aku kado kotak pensil pas ulang tahunku yang ke empat belas? Kamu kasih kotak pensil ke aku karena kamu tahu aku nggak pernah bawa kotak pensil ke kelas. Kamu masih ingat fotoku yang kamu simpen di dompet? Kamu masih ingat tulisan yang aku kasih ke kamu terus kamu simpan rapat rapat di kotak pensil mu yang unyu itu? Kamu masih ingat Aku kan Dis?

Dear Dista
Hal yang paling Aku takutin saat ini adalah kehilangan orang yang tulus sayang sama aku. Dan kamu melakukannya. Aku kehilangan kamu tanpa aku sangka dan aku kira sebelumnya. Aku kangen banget sama kamu. Kapan kita bisa ketemu lagi?

Dear Dista
Selama ini aku sering ngejek kamu cengeng setiap aku mergokin kamu nangis waktu nonton film sedih-sedih. Sekarang kamu boleh ngejekin aku cengeng sepuasmu, karena sekarang aku nangis karena kamu. Aku kangen benget sama kamu. Kapan kita bisa ketemu lagi?

Dear Dista
Besok tanggal 30 Juni akan aku titipkan salammu buat seluruh teman baru kita di SMA. Aku mau bilang kalau harusnya ada anak hebat dan pintar yang sekolah di sana. Namanya Dista. Dia baik dan nggak sombong. Sedih ya kita nggak bisa sekolah sama sama lagi? Aku kangen banget sama kamu. Kapan kita bisa ketemu lagi?

Dear Dista
Aku percaya yang terjadi sama kamu sekarang atau kapanpun itu, adalah rencana terindah untuk kamu dan kita dari Allah.

Dear Dista
Jangan kemana-mana ya? Disini aja. Aku masih kangen.

Sayang Kamu Selalu,



Farah


Ijinkan Aku Bersujud

Aku terbangun dari tidurku...
Malam belum cukup larut... baru 5 menit menuju jam 12 malam... WIB (Waktu Indonesia Bagian Bone Sulawesi Selatan) he.. he.. he..
Tapi mataku sudah nggak berkenan lagi untuk diajak  kembali terpejam...
Kamar terasa sedikit panas... makanya kaosku basah oleh keringat... (Alhamdulillah... Sauna Gratis)
Aku nyalain TV Channel SAUDI 1... Lihat live Suasana Kabah. Syahdu...

Eh.. sekarang, mau ngapain ya...???
Ah... mendingan bangun dulu... cuci muka.. gosok gigi.. ambil air wudhu..
ganti sarung hitam favoritku.. dan baju koko putih lengan pendek.. agar gak terlalu panas...
aku juga lagi kepengen pake kopyah putih... lalu pake parfum silver.. 
Biar agak adem kunyalakan "MasPION" kipas angin kesayanganku... Sahabat setiaku kala kamar terasa agak panas... 
Lalu tanganku menggelar sajadah biru, satu-satunya sajadah di kamarku...

Aku mulai berdiri untuk sholat tahajjud...

Sebisaku... aku berusaha khusyuk...
Tapi hatiku terkadang masih lari kesana kemari...
Padahal tidak ada suara kodok atau seseorang pun yang menggangguku...
Hanya ada suara lamat-lamat... Murrotal Surah Ar Rahman.. dari Imam Haramain..

Aku kembali berusaha khusyuk.. tapi baru sebentar khusyuk.. pikiranku lari lagi kesana kemari.. 
Rindu rumah dengan suasana hangat bersama "Chumairah" ku..
Juga celoteh si kecil Fauzan yang ngomongnya menurutku kadang super cepat...
Rindu pada Mbak Farah... yang menginspirasikan ku... untuk mulai menulis ini...
Mikirin pekerjaan kantor yang lagi lumayan padet...
(padahal kalo cuma dipikirin ya nggak akan selesai-selesai itu "barang")

Akhirnya aku pasrahkan hatiku kepada "SANG PEMILIK HATI", terserah mau diarahkan kemana hatiku ini... Ya Rabb

Aku hanya berharap... agar hatiku ENGKAU rengkuh masuk dalam keluasan Rahman MU...
Aku hanya berharap... agar ENGKAU timang-timang hatiku dengan kelembutan kasihMU...

Dan Aku sangat berharap... Ya Rabb...  

...Ijinkan Aku Bersujud...

Ijinkan hatiku ini menikmati sujud dialtar Ke Agungan Kekuasaan  MU.

Amin.