Rabu, 12 November 2014

Puncak Kenikmatan Para Arifin

Manakala dalam diri Anda dikehendaki rindu bertemu Allah, dan berhasrat untuk mengetahui KeagunganNya dengan suatu kerinduan dan kecintaan yang lebih dibandingkan dengan hasrat seksual dan makan, maka Anda  sedang mendapatkan pengaruh Surga Kema’rifatan dan Taman-Tamannya.

Hasrat yang demikian memang diciptakan bagi Para Arifin dengan puncak kenikmatannya pada ma’rifat itu sendiri. Hasrat ma’rifat itu sendiri tidak pernah sirna dan membosankan. Bahkan semakin bertambah dan berlipat ganda.

Orang-orang arif diberi karunia hasrat ma‘rifat dan puncak kenikmatan ketika memandang Keagungan Allah SWT. 
Mereka senantiasa memandang Keindahan Hadirah Allah di Surga Yang Seluas Langit dan Bumi. 
Bahkan Lebih Luas Lagi. 

Oleh karenanya tidak ada kesempitan sama sekali dalam dada orang-orang Arifin. 


SufiNews.com

Kamis, 13 Maret 2014

Mencintai Makhluk adalah AKIBAT

Assalamu’alaikum wr. wb. 
Bagaimana cara menghilangkan cinta pada makhluk yang sudah mengakar selama 27 tahun, padahal saya tahu itu termasuk hubbuddunya.
Wassalamualaikum wr. wb.
08564623xxxx

Jawab :
Tinggal membalik saja, dengan cara lebih mencintai Allah dan RasulNya, 
agar cintamu pada makhluk hanya sebagai akibat cintamu pada Allah dan RasulNya
Bukan sebaliknya. 
Lihatlah makhluk itu dengan memandang apa yang tersembunyi dibaliknya, 
maka dibalik makhluk itu ada Asma-asmaNya, dan Sifat-SifatNya. 
Lalu posisi makhluk itu menyertai anda, bukan anda menyertainya.
SufiNews.Com

Kamis, 06 Maret 2014

KEMULIAAN

Sulthanul Auliya’ Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily mengatakan: 
Allah SWT. Berfirman: 
“Hanya bagi Allahlah kemuliaan, dan bagi Rasul-Nya 
serta  bagi sekalian orang-orang yang beriman.”



Kemuliaan orang yang beriman adalah pencegahan Allah terhadap dirinya untuk menghamba kepada hawa nafsu, syetan dan dunia  atau segala yang ada di jagad ini baik yang ghaib maupun yang tampak, baik itu dunia maupun akhirat.

Ya Rabb bimbing kami dan keluarga kami dari menuhankan hawa nafsu kami. Amin.

Senin, 03 Maret 2014

Sorak Bergembira

Darimana datangnya gembira? Pada apa kita gembira? Dalam kondisi dan situasi seperti apa? Kemana ”gembira” itu pulang dan pergi?

Rupanya kegembiraan kita tidak pernah lama. Dalam 24 jam, manusia bergembira rata-rata tidak lebih dari 1 jam. Selebihnya bergulat dengan aktivitas, atau menyelesaikan problema hidup dengan segala permasalahannya, atau ada yang berpenat diri dalam beribadah.
Banyak orang bergembira ketika harapannya tiba. Banyak orang bergembira jika nikmat dan karunia datang tiba-tiba. Banyak orang bergembira jika musuhnya kalah dan celaka. Banyak orang bergembira ketika ia lepas dari derita.

Namun tidak banyak yang gembira pada Sang Pencipta kegembiraan. Sedikit yang gembira pada Sang Pemberi nikmat dan anugerah. Sedikit yang gembira ketika beraktivitas, berproblema, beristirahat, karena menyongsong HadirNya.
Betapa banyak kita lalu terjebak pada indahnya wujud nikmat dan anugerah, lalu kita lalai pada Sang Empunya anugerah dan rahmat.
Dalam Al-Qur’an digambarkan, ”Wajah-wajah mereka hari itu penuh dengan keceriaan, memandang Wajah Tuhannya....”.  
Tentulah, bagi kita hari ini, adalah wajah-wajah hati kita di dunia, senantiasa menghadap kepadaNya, memandangNya, pastilah dengan kebahagiaan dan kegembiraan jiwa.


(Al Hikam)

Selasa, 17 Desember 2013

Wujud Semu


“Tak  satupun wujud yang bisa menutupi Allah, karena sesungguhnya tidak satu pun yang menyertaiNya. 

Bahwa sesungguhnya anda tertutup dari Allah disebabkan oleh  imajinasi (seakan) ada wujud yang menyertaiNya.”


Adanya imajinasi wujud selain Allah membuat anda lebih sibuk dengan wujud semu itu, berupa dunia seisinya dengan segala masalahnya. 


Secara langsung maupun tidak langsung, anda telah terjebak seakan-akan wujud semu itu yang mengancam dan memberi manfaat bagi kehidupan anda, sehingga anda pun terhijab 
dari Allah Azza Wa Jalla.

(Al Hikam)







Kosong Di Negeri Tipudaya

Suatu hari Rasulullah Saw, bertanya kepada Haritsah r.a.
“Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda,
“Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda,

“Kamu sedang mengenal maka teguhlah. Seorang hamba yang qalbunya dicerahi cahaya oleh Allah….”

Rasulullah saw, pernah bersabda, 
“Bila  cahaya masuk dalam hati, maka hati akan lapang…”

Rasul saw, ditanya, “Wahai Rasulullah apakah ada tanda untuk mengenal itu?”

Beliau menjawab, “Merasa kosong di negeri tipudaya dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan bekal mati sebelum waktunya tiba…”
( Al Hikam )


Cahaya Yaqin

“Seandainya cahaya yaqin memancar, pasti anda melihat akhirat lebih dekat padamu dibanding anda menempuhnya.

Dan sungguh anda memandang keindahan dunia tak lebih dari reruntuhan fana yang tampak padanya.”

“Yaqin adalah nur yang dijadikan Allah dalam hati hamba-Nya, hingga ia melihat perkara akhiratnya. Dan cahaya itu membakar semua hijab antara Dia dan dirinya, sampai akhirat tampak begitu jelas.”

( Al Hikam )